SEJARAH SINGKAT SUKU MORONEN
Pada kesempatan kali ini penulis akan coba memaparkan sedikit mengenai suku moronene, langsung saja di ssimak.
Suku Moronene adalah suatu suku yang
mendiami wilayah pada bagian ujung selatan Sulawesi Tenggara. Sebelum kata Moronene,
digunakan Wonua Bombana/Wita Moronene, yaitu kerajaan Moronene seperti
yang dituturkan dalam cerita sastra moronene.
Didalam cerita legenda ini ceritakan bahwa kerajaan Moronene diperintah oleh
seorang Raja yang bernama Tongki Pu’u Wonua. Tidak diketahui dari mana
asalnya dan siapa orangnya, hanya dituturkan bahwa beliau adalah seorang keturunan
Raja dari sebuah kerajaan.
Nama
Moronene telah lazim digunakan untuk nama bahasa dan nama suku yang
dahulunya terhimpun dalam satu wadah Kerajaan yaitu Kerajaan Moronene. Secara
etimologis istilah Moronene berasal dari dua kata yaitu moro yang
artinya sejenis, serupa, dan kata nene adalah nama tumbuhan resam
batangnya dapat dibuat pengikat pagar, atap dan lain-lain. Lingkungan habitat
yang terdiri dari pulau Kabaena dan ujung daratan Sulawesi Tenggara dengan
topografi yang sebagian besar bergunung-gunung dan ditumbuhi hutan dan ilalang
(lueno) berpengaruh terhadap sistem mata pencaharian penduduk. Karena
sebelum ditemukannya emas pada tahun 2008 silam, masyarakat moronene
selalu berladang dan bersawah pada daerah-daerah yang subur, sebagian penduduk
hidup berburuh di padang (lueno) yang kaya akan rusa, anoa, dan kerbau
hutan. System perkembangan ekonominya juga menerapkan system jual beli dengan
pedagang di sekitar pantai pada saat itu, yang kemudian juga biasa di lakukan system
barter seperti zaman belanda.
Persebaran
suku moronene terus berkembang di sekitar daratan Sulawesi tenggara, misalnya
kabaena yang pada saat itu masih mengatas namakan kabupaten butun, namun dengan
perkembangan dan berbagai macam factor dan alas an sehingga kabaena kemudian
masuk dalam daerah kabupaten bombana. System pemerintahan suku moronene masih
menganut kerajaan, yang mana raja di sini sebagai penguasa terbesar di suku moronene,
kalau sekarang bisa di bilang Bupati.
Di
pulau kabaena tepatnya pada saat itu, bupati Atiku Rahman pernah mencoba
mengeluarkan satu gagasan bahwa beliau akan mengangangkat dirinya sebagai raja,
padahal persyaratan utama seorang raja untuk suku moronene paling tidak harus
bersal dari keturunan tulen darah moronene. Tapai berbanding terbalik dengan
hal itu, Bapak Atiku rahman merupakan seorang pria yang berdarah tulen Suku
Bugis. Maka dari itu, seluruh masyarakat kabaena sangat menolak adanya gagasan
tersebut, sehingga batalah keinginan beliau untuk menjadi seorang raja.
SEMOGA
MENAMBAH WAWWASAN…!!!
Maaf, mau tanya aja,, siapa nama Raja Moronene saat ini?
ReplyDeletebelum terlalu lengkap.
ReplyDelete